Jurnal Akhir Zaman

Jurnal Akhir Zaman
End Time News

Ads 728 x 90

BABYLON MYSTERY RELIGION BAB 9

BAB IX
KESEMUAN AGAMA
Ralph Woodrow - BABYLON MYSTERY RELIGION

Penjualan relikwi dan indulgensia (pengampunan) menjadi usaha yang besar dalam abad pertengahan. Pada tahun 300 Paus Bonifasius VIII memberikan indulgensi kepada mereka yang berziarah ke gereja St. Petrus. Sekitar 2 juta orang datang dan mempersembahkan kekayaan mereka di atas kuburannya Petrus, sehingga membuat dua orang pastor sibuk siang dan malam menampung persembahan. Ternyata pemberian ini dipakai untuk memperkaya keluarga paus, yaitu keluarga Gaetani, yang membeli banyak puri dan lahan di Latium. Hal ini menimbulkan amarah orang Roma. Sejak zaman Konstantin, gereja roma mendapat banyak kesempatan untuk memperkaya diri dengan cepat. Pada abad pertengahan gereja memiliki banyak kota dan lahan. Orang-orang yang tinggal di negara Katolik dituntut membayar pajak kepada gereja. Pada jaman itu hanya sedikit orang yang dapat menulis sehingga pastorlah yang harus sering membuat kuitansi. Bila ada orang awam yang berani membuatnya, dia akan dikucilkan.

Pengampunan/indulgensi bisa dibeli. Menurut Ensiklopedia Katolik, dosa bisa diampuni melalui sakramen pengampunan dosa dengan menjalankan hukuman yang bisa dilaksanakan ketika masih hidup di api pencucian.

Pada jaman Martin Luther, dibutuhkan banyak uang untuk pembangunan gereja St. Petrus. Untuk mengumpulkan dana, seorang yang bernama John Tetzel ditugaskan menjual indulgensi (surat pengampunan dosa) di Jerman. Ketika dia tiba di Jerman, sebuah Bull (dokumen resmi dari Paus) terbuat dari beludru dan emas diarak. Semua pastor, biarawati, walikota, guru dan murid-muridnya, dll. membentuk sebuah arak-arakan menyambut John Tetzel. Di depan sebuah salib ditempatkan sebuah wadah untuk menampung uang hasil penjualan indulgensi. Begitu uang dimasukkan sebuah jiwa dari api pencucian akan dibebaskan. Orang kaya memberikan sumbangan yang banyak, tetapi yang miskin harus berjuang mati-matian untuk mengumpulkan uang bagi jiwa yang terhilang di api pencucian.

Misa Agung bisa sangat mahal harganya tergantung dari pada bunga dan lilin serta jumlah pastor yang terlibat. Pepatah Irlandia mengatakan: “Banyak uang misa agung, sedikit uang misa biasa, tidak ada uang tidak ada misa”.

Mereka yang meninggal tanpa ada orang yang membayar untuk mengadakan misa tergolong “Jiwa yang terlupakan di api pencucian”. Tiap tanggal 2 November ada peringatan untuk jiwa-jiwa ini. Bila ada orang Katolik kelak takut akan terlupakan, ia bisa menjadi anggota “Purgatorian Society” yang didirikan tahun 1856. Dengan membayar kontribusi setiap tahun pada perkumpulan ini, ia mendapat jaminan bahwa pada hari kematiannya ada orang yang mendoakan jiwanya.

Gagasan mengenai api pencucian dimulai sekitar tahun 600, ketika Paus Gregorius Agung menyatakan adanya sebuah tempat untuk mencucikan jiwa sebelum naik ke sorga. Pernyataan ini baru dijadikan dogma ketika diadakan Konsili Florence tahun 1459.

Agama Budha juga mengenal api pencucian. Banyak orang Budha Cina harus membayar untuk melepaskan sebuah jiwa dari api pencucian. Dalam agama Zoroaster, sebuah jiwa harus melalui 12 tahap pencucian sebelum masuk ke sorga. Pemberian uang bagi mereka yang meninggal berasal dari dahulu kala. Orang Israel diingatkan untuk tidak memberikan uang bagi keperluan orang mati (Ul. 26:14). Ada anggapan bahwa api diperlukan untuk menyucikan jiwa dari dosa.

Baca Imamat 18:21; Yeremia 32:35; 2Raja 23:10. Molech diidentifikasi dengan Bel atau Nimrod. Molech disembah dengan korban manusia, pencucian, kaul selibat dan perawan, dan pengabdian kepada yang sulung. Moleck digambarkan sebagai patung yang mengerikan dengan api di dalamnya. Seorang bayi dimasukkan ke dalam api itu dan agar jeritan dan tangisan ibunya tak terdengar, genderang dibunyikan. Bahasa Inggris genderang adalah drum. Kata lain untuk drum adalah tophim, yang berasal dari kata “tophet”, tempat yang disebut dalam Yeremia 7:31. Sayang sekali bila ada orang yang mengira jiwa bisa diselamatkan melalui pembayaran dan tindakan kejam. Padahal jiwa kita sudah dibayar oleh Yesus Kristus (Efesus 2:8-9)

0 comments: